Arti Kata Seorang Ibu
Oleh:
Hanifah Waffa (Mahasiswi EPS-B IAIN-SU Medan)
Di dalam
Al-Qur’an, Allah Swt. berfirman, “Dan
Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya,
ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Ku-lah kembalimu.” (QS. Luqman: 14). Ayat ini
memberikan sinyal bahwa betapa luar biasanya perjuangan seorang ibu selama
mengandung anaknya.
Layak menjadi
pertanyaan, apa arti perjuangan? Kenapa seorang ibu berjuang demi anaknya? Di
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan bahwa perjuangan yang awal
mulanya berasal dari kata “juang” “berjuang” yang bermakna memperebutkan sesuatu
dengan mengadu tenaga, berperang. Sedangkan definisi dari kata perjuangan yaitu
usaha yang penuh dengan kesukaran dan bahaya.
Dalam ayat itu
juga dijelaskan bahwa seorang ibu mengalami masa-masa yang menyulitkan baginya.
Yang pertama adalah masa kehamilan.Yang kedua adalah masa melahirkan, yaitu masa
yang paling sulit karena beliau telah bersusah payah dan hampir menghilangkan
nyawanya. Dan yang ketiga adalah masa menyapih (menyusi) anaknya.
Wajar saja
jika seorang ibu rela berjuang demi anaknya, karena sudah kodrati seorang ibu
ingin memperjuangkan hal yang lebih dan ingin selalu memberikan yang terbaik
untuk anaknya. Walaupun terkadang ada seorang ibu yang dengan anaknya tanpa ada
ikatan darah sekalipun ataupun bukan ibu kandung. Tetapi tetap saja ia mempunyai
naluri sebagi seorang ibu seperti ibu kandung yang rela berkorban demi anaknya.
Maka sangatlah pantas, jika Surga itu di bawah telapak kaki ibu.
Lantas apakah
benar jika Surga itu di bawah telapak kaki ibu? Kenapa bukan di telapak kaki
ayah? Tidak, itu hanyalah sebuah kiasan saja. Bukan berarti Surga itu
benar-benar berada di bawah telapak kaki ibu kita. Kalimat tersebut berarti
seorang anak harus menghormati dan mematuhi ibunya 3x lebih banyak ketimbang
ayahnya. Karena beliau sudah mengandung dan merawat anaknya dengan penuh cinta
dan kasih sayang.
Di dalam
Al-Qur’an, Allah Swt. berfirman, “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang
ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan
susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan,
sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia
berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang
telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat
berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai, berilah kebaikan kepadaku dengan
(memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau
dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri."
Ayat di atas
menjelaskan tentang hak seorang ibu terhadap anaknya. Enam bulan
(pada umumnya adalah Sembilan bulan sepuluh hari) waktu seorang ibu mengandung
hingga ia melahirkan anaknya. Selama itu beliau yang dengan perut buncitnya
terus berusaha untuk menjaga kandungannya agar tetap sehat. Sehat bayinya dan
juga sehat ibunya. Setelah itu, ibu juga
menyapih anaknya selama dua tahun (yang dijelaskan pada awal tulisan).
Tiga puluh
bulanlah total dari semuanya. Ditambah lagi waktu beliau merawat kita setelah
dewasa. Sudah tak terhingga lagi waktu yang diberikannya untuk menjaga anaknya.
Dan jasanya itu takkan pernah bisa terbayar ataupun tergantikan oleh apapun.
Walaupun kita memberikan gunung sekalipun kepada ibu kita.
Karena itu
sudah sepatutnyalah pada tanggal 22 Desember ditetapkan sebagai peringatan Hari
Ibu di Indonesia. Di Indonesia? Kenapa hanya di Indonesia? Dan kenapa harus
diperingati? Benar, hanya di Indonesia saja yang diperingati pada 22 Desember.
Karena di setiap Negara berbeda-beda tanggal untuk memperingati Hari Ibu
tersebut. Dan juga Hari Ibu ini diperingati untuk mengingat jasa-jasa seorang
ibu yang tak pernah kenal lelah terhadap anaknya.
Di Amerika dan
lebih dari 75 negara lain merayakan Hari Ibu (Mother’s Day) pada hari Minggu
dipekan kedua bulan Mei. Sedangkan beberapa negara Eropa dan negara Timur
Tengah, Hari Perempuan Internasional (International Women’s Day) diperingati
setiap tanggal 8 Maret. Dan juga masih banyak lagi negara lain yang
memperingatinya pada hari dan tanggal
lain. (Wikipedia)
Walau
bagaimanapun cara kita untuk merayakan Hari Ibu tersebut bukanlah hal yang
paling penting dan yang paling utama. Yang paling utama adalah bagaimana cara
kita untuk menghargai ibu kita masing-masing. Sayangilah ibumu sebagaimana
beliau menyayangimu dengan penuh kasih sayang.
Karena kasih
seorang ibu kepada anaknya tak terhingga sepanjang masa walau apapun yang
terjadi. Tapi kenapa bisa kasih anak tak sepanjang masa? Hal besar apa yang telah
kita perbuat kepada ibu kita? Itulah yang patut menjadi pertanyaan pada diri
kita sendiri, hanya kita sendiri yang tahu apa jawabannya.
Betapa
banyaknya kebaikan seorang ibu, sampai tak bisa lagi terhitung oleh kalkulator
ataupun mesin hitung lainnya. Maka dari itu, berbaktilah kepada ibumu. Namun
jangan hanya ibumu saja, berbakti jugalah kepada orang yang sudah membesarkanmu
dengan susah payahnya.
Apalagi, Allah
Swt. sudah mengingatkan kepada seorang anak agar selalu berbuat baik kepada ibu
dan bapak dengan sebaik-baiknya, dan juga jangan sekali-kali berbuat kasar pada
keduanya (QS. Al-Israa’: 23). Ini artinya, Allah Swt. melarang bagi seorang
anak untuk durhaka kepada kedua orang tuanya. Jangan, jangan sampai kita jadi
anak yang durhaka dan tak tahu terimakasih. Dan jangan sampai kita menjadi
seperti si Malin Kundang. Anak yang durhaka kepada ibunya, yang dikutuk menjadi
batu. Apa kita harus dikutuk dulu baru bertaubat? Tidak, jangan sampai hal itu
terjadi kepada kita semua.
Do’akanlah
ibumu dan orang-orang yang telah merawatmu dalam sholatmu. Sudah selayaknyalah seorang
anak melakukan hal-hal terbaik untuk orang yang telah membesarkannya. Tanpa
mereka kita tidak akan bisa menjadi seperti apa kita sekarang.