Oleh: Hanifah Waffa (Mahasiswi EPS-B IAIN
Sumatera Utara Medan)
Seperti
pohon kelapa yang tumbuh menjulang ke atas dan merupakan salah satu pohon
tinggi di Indonesia. Makna lambang Pramuka itu mengkiaskan bahwa mempunyai
cita-cita yang tinggi dan lurus yakni yang mulia dan jujur dan ia tetap tegak
meskipun ada bencana yang dahsyat, dan mudah diombang-ambingkan oleh sesuatu.
Sedangkan
akar pohon kelapa tumbuh kuat dan erat di dalam tanah. Melambangkan bahwa kita
harus mempunyai keyakinan dan berpegang teguh kepada dasar-dasar dan landasan
yang baik, benar, kuat dan nyata untuk dipakai olehnya untuk memperkuat diri
guna mencapai cita-cita.
Untuk
Negara Indonesia yang mempunyai iklim tropis pasti tidak susah untuk menemukan
pohon kelapa. Pohon kelapa adalah pohon yang serba guna dari ujung hingga
akarnya. Jadi itu mengkiaskan bahwa tiap manusia adalah manusia yang berguna
dan berbakti diri dan kegunaanya untuk kepentingan tanah air, bangsa dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Lantas apakah yang telah kita berikan untuk
Indonesia kita tercinta ini?
Bicara
soal Negara, Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 13.466
pulau. Dengan populasi lebih dari 237 juta jiwa pada tahun 2010, Indonesia
adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dan negara yang berpenduduk
Muslim terbesar di dunia, dengan lebih dari 207
juta jiwa. (Wikipedia)
Begitu banyaknya penduduk Indonesia,
lalu dimanakah kedudukan kita di mata Indonesia? Prestasi apa yang telah kita
capai untuk membanggakan Indonesia di mata dunia? Terkadang saya merasa malu
tentang pertanyaan itu, kenapa? Karena saya belum memberikan kontribusi apapun
untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia ini. Saya sering berfikir apakah yang
telah Negara ini berikan untuk kita, ternyata pemikiran saya ini sangat-sangat
salah. Maka
dari itu jangan tanyakan apa yang negara ini berikan kepadamu tapi tanyakan apa
yang telah kamu berikan kepada negaramu. Itulah kutipan dari John F. Kennedy.
Kalimat
tersebut sebenarnya kutipan dari filsuf Marcus Tullius Cicero, Orator dan
negarawan Romawi Kuno. Ini adalah kalimat yang sangat berkenan di hati saya
kalau ditanya masalah kenegaraan. Untuk membangun
bangsa ini juga tidak semudah seperti membalikkan telapak tangan, tidak hanya
semangat saja yang dibutuhkan tetapi kita juga membutuhkan bantuan dari
masyarakat maupun pemerintah. Karena tidak mungkin kita berjuang sendiri tanpa
bantuan untuk membangun Negara ini. Mungkin tidak banyak juga yang dapat kita
lakukan untuk memperbaiki bangsa ini, jadi jangan sia-siakan kesempatan kecil
dan langka ini untuk bergotong royong dalam membangun bangsa kita.
Berawal dari kata “mungkin” yang menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) adalah tidak atau belum tentu, barangkali,
boleh jadi, dapat terjadi, tidak mustahil. Kata mungkin ini memang selalu diremehkan
karena kata mungkin itu belum bisa dipastikan. Tapi tahukah kalian, jika kesuksesan sejati itu memang bermula dari hal yang kecil,
dan semua kegagalan juga berasal dari hal yang kecil.
Seseorang menjadi tokoh besar karena mendapat dukungan dari
masyarakat kecil, jadi tidak mungkin sebuah bangsa menjadi bangsa yang besar
tanpa didukung oleh rakyat kecil itu sendiri. Jangan suka meremehkan kata
kecil, karena besar itu berawal dari yang kecil terlebih dahulu. Tak ubahnya
seperti semut, gajah yang besar saja dapat dilumpuhkan oleh semut yang
mempunyai tubuh kecil.
Bicara soal masalah semut, banyak kepribadian semut yang
patut dicontoh oleh manusia. Walaupun hewan ini sangat kecil
tetapi kalau Anda pernah sadari ternyata semut memiliki banyak sisi positif
yang patut kita contoh untuk kita terapkan dalam kehidupan kita.
Ada
7 Hal yang patut dipelajari dari seekor Semut, yang di antaranya adalah 1.
Semut tidak pernah putus asa. Coba bentangkan tangan untuk menutup jalan yang
di lalui semut. Semut tak akan putus asa, apalagi berhenti. Tapi terus mencari
rute lain. 2. Semut rajinnya luar biasa. Semut selalu aktif bekerja mengangkut
makanan. Bekerja merupakan bagian penting dari hidup semut. Semut tidak pernah
merasa bosan dengan apa yang dia lakukan setiap hari. Sebab semut mempunyai
tujuan dan arah hidup. 3. Semut itu kuat semut sanggup mengangkat beban yang
jauh lebih besar dari tubuhnya. Semut tak mengeluh, apalagi menyerah. 4. Semut
berjiwa sosial. Semut tidak mempunyai sifat egois, mereka akan tolong menolong
dan mengangkatnya bersama sama. 5. Semut cepat melihat peluang. Semut cepat
hadir ketika dia mengetahui ada peluang untuk mendapatkan makanan. Semut tak
akan menyiakannya, sebab semut tahu peluang hanya datang sekali saja. 6. Semut
tidak akan mengganggu ketika kita tidak mengganggu, jadi semut pastinya tidak
akan mengganggu, menggigit kita kalau kita tidak berulah duluan seperti
menginjak semut, pastinya akan menyebabkan semut marah. Artinya kita jangan
mengganggu ketenangan orang lain sebelum mereka marah, membalas kepada kita. 7.
Semut memiliki daya tahan yang kuat coba saja kita jatuhkan semut dari
ketinggian yang cukup maksimal, bagaimana keadaan semutnya ketika sudah jatuh sampai
bawah, apakah semutnya akan mati ? Tidak, semut tidak akan mati melainkan dia
berlari kencang setelah jatuh. Semoga kita bisa mencontoh sifat semut dan
mengembangkannya menjadi kebiasaan yang positif untuk hidup yang lebih baik. (Motivator
Diri).
Jadi
sebagai manusia, seharusnya kita harus bisa untuk menjadi seperti pohon kelapa
yang menjulang tinggi ke atas dan mengakar ke bawah hingga terbangunnya mental
pembelajaran yang bertitik pada proses perbaikan diri yang berkelanjutan. Dan
mampu mencontoh sikap si kecil semut yang sangat memotivasi.
Jangan
hanya saling menyalahkan, untuk membangun Negara ini kita memerlukan semuanya
untuk sama-sama membangun Negara Indonesia yang kita cintai. Tidak hanya
pemerintah saja yang mempunyai peran penting dalam pembangunan ini, masyarakat
juga harus gencar untuk membangun Negara ini. Mulailah dari sesuatu yang kecil
dan mulailah dari orang-orang disekitar kita untuk saling membantu.
Talk
less do more. Sedikit bicara banyak bertindak. Ya mungkin ungkapan itulah yang
cocok untuk Negara ini. Maksudnya adalah apabila
dalam menghadapi permasalahan, lebih baik dilakukan dengan tindakan dan solusi
yang konkrit, jangan terlalu banyak berteori, beropini namun realisasinya tidak
ada. Dan juga dapat menggambarkan jangan hanya banyak protes, menyalahkan,
namun tidak dapat membantu seperti pepatah "Tong Kosong Nyaring
Bunyinya".