Jumat, 11 September 2015

“Apa Yang Bisa Ku Berikan Untuk Indonesia?”



Oleh: Hanifah Waffa (Mahasiswi EPS-B IAIN Sumatera Utara Medan)

            Seperti pohon kelapa yang tumbuh menjulang ke atas dan merupakan salah satu pohon tinggi di Indonesia. Makna lambang Pramuka itu mengkiaskan bahwa mempunyai cita-cita yang tinggi dan lurus yakni yang mulia dan jujur dan ia tetap tegak meskipun ada bencana yang dahsyat, dan mudah diombang-ambingkan oleh sesuatu.
            Sedangkan akar pohon kelapa tumbuh kuat dan erat di dalam tanah. Melambangkan bahwa kita harus mempunyai keyakinan dan berpegang teguh kepada dasar-dasar dan landasan yang baik, benar, kuat dan nyata untuk dipakai olehnya untuk memperkuat diri guna mencapai cita-cita.
            Untuk Negara Indonesia yang mempunyai iklim tropis pasti tidak susah untuk menemukan pohon kelapa. Pohon kelapa adalah pohon yang serba guna dari ujung hingga akarnya. Jadi itu mengkiaskan bahwa tiap manusia adalah manusia yang berguna dan berbakti diri dan kegunaanya untuk kepentingan tanah air, bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Lantas apakah yang telah kita berikan untuk Indonesia kita tercinta ini?
            Bicara soal Negara, Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 13.466 pulau. Dengan populasi lebih dari 237 juta jiwa pada tahun 2010, Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dan negara yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia, dengan lebih dari 207 juta jiwa. (Wikipedia)
            Begitu banyaknya penduduk Indonesia, lalu dimanakah kedudukan kita di mata Indonesia? Prestasi apa yang telah kita capai untuk membanggakan Indonesia di mata dunia? Terkadang saya merasa malu tentang pertanyaan itu, kenapa? Karena saya belum memberikan kontribusi apapun untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia ini. Saya sering berfikir apakah yang telah Negara ini berikan untuk kita, ternyata pemikiran saya ini sangat-sangat salah. Maka dari itu jangan tanyakan apa yang negara ini berikan kepadamu tapi tanyakan apa yang telah kamu berikan kepada negaramu. Itulah kutipan dari John F. Kennedy.
            Kalimat tersebut sebenarnya kutipan dari filsuf Marcus Tullius Cicero, Orator dan negarawan Romawi Kuno. Ini adalah kalimat yang sangat berkenan di hati saya kalau ditanya masalah kenegaraan. Untuk membangun bangsa ini juga tidak semudah seperti membalikkan telapak tangan, tidak hanya semangat saja yang dibutuhkan tetapi kita juga membutuhkan bantuan dari masyarakat maupun pemerintah. Karena tidak mungkin kita berjuang sendiri tanpa bantuan untuk membangun Negara ini. Mungkin tidak banyak juga yang dapat kita lakukan untuk memperbaiki bangsa ini, jadi jangan sia-siakan kesempatan kecil dan langka ini untuk bergotong royong dalam membangun bangsa kita.
            Berawal dari kata “mungkin” yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah tidak atau belum tentu, barangkali, boleh jadi, dapat terjadi, tidak mustahil. Kata mungkin ini memang selalu diremehkan karena kata mungkin itu belum bisa dipastikan. Tapi tahukah kalian, jika kesuksesan sejati itu memang bermula dari hal yang kecil, dan semua kegagalan juga berasal dari hal yang kecil.
            Seseorang menjadi tokoh besar karena mendapat dukungan dari masyarakat kecil, jadi tidak mungkin sebuah bangsa menjadi bangsa yang besar tanpa didukung oleh rakyat kecil itu sendiri. Jangan suka meremehkan kata kecil, karena besar itu berawal dari yang kecil terlebih dahulu. Tak ubahnya seperti semut, gajah yang besar saja dapat dilumpuhkan oleh semut yang mempunyai tubuh kecil.
            Bicara soal masalah semut, banyak kepribadian semut yang patut dicontoh oleh manusia. Walaupun hewan ini sangat kecil tetapi kalau Anda pernah sadari ternyata semut memiliki banyak sisi positif yang patut kita contoh untuk kita terapkan dalam kehidupan kita.
            Ada 7 Hal yang patut dipelajari dari seekor Semut, yang di antaranya adalah 1. Semut tidak pernah putus asa. Coba bentangkan tangan untuk menutup jalan yang di lalui semut. Semut tak akan putus asa, apalagi berhenti. Tapi terus mencari rute lain. 2. Semut rajinnya luar biasa. Semut selalu aktif bekerja mengangkut makanan. Bekerja merupakan bagian penting dari hidup semut. Semut tidak pernah merasa bosan dengan apa yang dia lakukan setiap hari. Sebab semut mempunyai tujuan dan arah hidup. 3. Semut itu kuat semut sanggup mengangkat beban yang jauh lebih besar dari tubuhnya. Semut tak mengeluh, apalagi menyerah. 4. Semut berjiwa sosial. Semut tidak mempunyai sifat egois, mereka akan tolong menolong dan mengangkatnya bersama sama. 5. Semut cepat melihat peluang. Semut cepat hadir ketika dia mengetahui ada peluang untuk mendapatkan makanan. Semut tak akan menyiakannya, sebab semut tahu peluang hanya datang sekali saja. 6. Semut tidak akan mengganggu ketika kita tidak mengganggu, jadi semut pastinya tidak akan mengganggu, menggigit kita kalau kita tidak berulah duluan seperti menginjak semut, pastinya akan menyebabkan semut marah. Artinya kita jangan mengganggu ketenangan orang lain sebelum mereka marah, membalas kepada kita. 7. Semut memiliki daya tahan yang kuat coba saja kita jatuhkan semut dari ketinggian yang cukup maksimal, bagaimana keadaan semutnya ketika sudah jatuh sampai bawah, apakah semutnya akan mati ? Tidak, semut tidak akan mati melainkan dia berlari kencang setelah jatuh. Semoga kita bisa mencontoh sifat semut dan mengembangkannya menjadi kebiasaan yang positif untuk hidup yang lebih baik. (Motivator Diri).
            Jadi sebagai manusia, seharusnya kita harus bisa untuk menjadi seperti pohon kelapa yang menjulang tinggi ke atas dan mengakar ke bawah hingga terbangunnya mental pembelajaran yang bertitik pada proses perbaikan diri yang berkelanjutan. Dan mampu mencontoh sikap si kecil semut yang sangat memotivasi.
            Jangan hanya saling menyalahkan, untuk membangun Negara ini kita memerlukan semuanya untuk sama-sama membangun Negara Indonesia yang kita cintai. Tidak hanya pemerintah saja yang mempunyai peran penting dalam pembangunan ini, masyarakat juga harus gencar untuk membangun Negara ini. Mulailah dari sesuatu yang kecil dan mulailah dari orang-orang disekitar kita untuk saling membantu.
            Talk less do more. Sedikit bicara banyak bertindak. Ya mungkin ungkapan itulah yang cocok untuk Negara ini. Maksudnya adalah apabila dalam menghadapi permasalahan, lebih baik dilakukan dengan tindakan dan solusi yang konkrit, jangan terlalu banyak berteori, beropini namun realisasinya tidak ada. Dan juga dapat menggambarkan jangan hanya banyak protes, menyalahkan, namun tidak dapat membantu seperti pepatah "Tong Kosong Nyaring Bunyinya".

Senin, 25 Mei 2015

Pengalaman Interview di Bank Indonesia



            Rabu, 20 Mei 2015 adalah salah satu hari bersejarah dalam hidup saya. Karena pada hari itu saya diberikan kesempatan besar untuk interview beasiswa di Bank Sentral Republik Indonesia yaitu Bank Indoneisa, pengujinya adalah salah satu pegawai di Bank Indonesia itu. Walaupun beliau adalah seorang wanita namun dia mempunyai kharisma yang luar biasa, tidak hanya cantik, beliau juga sangat anggun pembawaanya.
            Sebelumnya saya memang sudah pernah menapaki kaki saya di gedung Bank Indonesia cabang Medan yang bertempat di Jl. Balai Kota No. 4, sehingga sudah tidak asing bagi saya melihat bangunan yang luar biasa megah dan canggih itu. Yah maklum saja, namanya juga Bank Sentral Republik Indonesia sehinggak tidak mengherankan lagi kalau mempunyai system keamanan yang luar biasa ketat. Dari pertama masuk saja kita tidak hanya disambut oleh seorang Satpam namun juga ada aparat keamanan lainnya, saya rasa mereka adalah seorang anggota BRIMOB dan juga Tentara. Dan setelah kita sudah melewati mereka maka kita harus melewati alarm yang dapat mendeteksi logam pada saat memasuki Bank Indonesia itu.
            Setelah itu saya menuju ke lantai 8, tepatnya di ruang rapat. Kenapa saya langsung menuju lantai itu? Karena sehari sebelum menjelang interview saya sudah diberikan instruksi oleh pihak kampus untuk menuju lantai 8. Saya adalah mahasiswi dari Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan (UIN-SU Medan) yang dulunya bernama IAIN-SU Medan. Karena pada saat itu masih sekitar pukul 07:30 WIB, maka kami di arahkan oleh 2 orang pegawai wanita disana. Setelah itu kami di arahkan untuk membagi kelompok interview, yang satu kelompoknya berjumlah 10 orang, lalu mereka berpamitan untuk melaksanakan APEL pagi. APEL? APEL itu buah kali ya? Ya tentu saja bukan, mereka melaksanakan APEL (upacara pagi) sebelum memulai bekerja.
            Pada saat pembagian kelompok, saya sarankan semakin cepat giliran kelompok Anda maka semakin bagus dan semakin besar peluangnya untuk Anda. Kenapa? Karena saya sudah pernah mengalaminya sendiri. Saya sendiri mendapatkan giliran di kelompok ketiga, cepat bukan? Atau kurang cepat? Semakin lama atau semakin belakang giliran kelompok Anda, maka semakin ketat system pengujiannya. Pengujian dilakukan di dua tempat, yang pertama dilakukan di lantai 2, dan juga lantai 5. Kebetulan pada saat itu saya mendapatkan kesempat untuk interview di lantai 5. Untuk setiap lantai ada 3 orang penguji.
            Pertama sekali dilakukan interview, sistem pengujian untuk lantai 5 dan 2 berbeda. Dimana letak perbedaannya? Pada saat saya interview di lantai 5, untuk 10 orang itu kami dibagi lagi dalam beberapa kelompok. Setiap penguji langsung menguji kami yang bersepuluh itu. Ada yang satu orang penguji menguji 2 orang, ada yang 3 orang, dan ada juga yang langsung 5 orang. Saya berada di bagian yang 3 orang itu. Seperti yang saya katakana di awal tadi, penguji saya adalah seorang wanita yang mempunyai kharisma luar biasa, tidak hanya cantik, beliau juga sangat anggun pembawaanya, tapi saya lupa siapa nama ibu itu.
            Sedangkan di lantai 2, menurut wawancara saya dengan salah satu teman saya juga katanya sistem saat interview itu mereka yang bersepuluh itu dibagi lagi menjadi 5 orang tiap interview jadi ada 2 sesi interview untuk satu kelompok. Dan ketiga penguji itu langsung menginterview kelima peserta secara bergantian. Bayangkan, lebih enak lantai berapa coba? Saya rasa lebih enak di lantai 5, karena selain lebih efisien dalam hal waktu dan juga kadar deg-degannya itu lebih rendah. Namun seiring berjalannya waktu, lama kelamaan pun sistem lantai 5 mengikuti jejak lantai 2 dengan membagi ke dalam 2 sesi untuk setiap kelompok.
            Sebelum kami melakukan sesi tanya jawab itu kami disuruh untuk memilih salah satu gambar pohon dari 9 gambar yang disodorkan. Ini adalah salah satu cara untuk mengetes psikologi seseorang. Ingat, kita hanya disuruh memilih tidak untuk menjelaskan alasan kenapa kita memilih gambar tersebut. Tahap selanjutnya adalah tahap yang ditunggu-tunggu dan juga tahap yang sangat mendebarkan jantung, yaitu tahap tanya jawab! Di tahap ini kami diajukan beberapa pertanyaan yang saya ingat adalah

  1. Apa keunggulan kamu yang bisa membuat kamu berguna bagi masyarakat? 
  2. Apa saja prestasi non akademik yang telah kamu capai?
  3. Mengapa kamu yakin mendapat beasiswa dari BI? 
  4. Rencana setelah lulus sarjana?
  5. Dan apa kelebihan dan kekurangan yang ada dalam diri kamu?
            Setelah itu kami menjawabnya secara bergilir. Setelah sesi tanya jawab itu, penguji kami yang seorang wanita itu memberikan sedikit pengalamannya selama beliau berkuliah dulu. Beliau berkata walaupun saya suka membaca buku saya bukanlah seseorang yang kutu buku. Saya setuju dengan pendapat beliau karena banyak orang sering beranggapan bawa orang yang suka membaca buku adalah seorang kutu buku (cupu). Ya, beliau adalah salah satu mahasiswi berprestasi di kampusnya dulu, jadi tidak heran jika beliau menjadi ketua di salah satu organisasi yang diikutinya.
            Kalimat lain yang saya ingat dari ibu penguji saya  adalah “Walaupun kamu mempunyai IP (Indeks Prestasi) yang tinggi namun tidak mempunyai skill itu tidak ada guna, karena orang-orang yang dicari dalam kehidupan bermasyarakat nanti adalah orang-orang yang mempunyai skill yang unik dan mempunyai visi, misi, dan juga inovasi untuk membangun masyarakat itu sendiri”. Itu adalah sebuah kalimat yang sangat membangun dan harus diamalkan.
            Lalu, setelah interview kita diperbolehkan pulang tapi karena saya selesainya dekat dengan jam istirahat maka saya ISOMA (Istirahat, Sholat dan Makan) dulu disana. Tidak tanggung-tanggung, pada saat jam istirahat kami disuguhkan dengan sebuah nasi kotak untuk tiap-tiap orang. Mereka memang benar-benar melayani tamu dengan baik.
            Ini adalah pengalaman interview saya untuk pertama kalinya, dan ini sangat berkesan karena saya interview di Bank Indonesia. Semoga saya tidak hanya interview beasiswa saja disana, tetapi juga dapat interview di Bank Indonesia untuk bekerja.



Minggu, 24 Mei 2015

ILMU BANTU MENAFSIRKAN AL-QUR’AN

TUGAS MATA KULIAH ULUMUL QUR’AN

“ILMU BANTU MENAFSIRKAN AL-QUR’AN”

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:


Kelompok 8 EPS-B

*                  HANIFAH WAFFA
*                  SITI ZUBAIDAH LUBIS
*                  RISKI
*                  ZULFA MAULIDINA

  

  
EKONOMI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN



KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang mana telah memberikan kesehatan dan kesempatan bagi kami untuk menyelesaikan makalah ini. Tak lupa shalawat beriring salam kami ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW yang mana telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang penuh ilmu pengetahuan.
Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Dosen yang telah memberikan tugas kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun judul makalah kami tentang “Ilmu Bantu Menafsirkan Al-Qur’an”.
Demikianlah makalah ini kami buat, lebih dan kurang kami mohon maaf. Apabila ada kesalahan dalam penulisan makalah ini kami mohon kritik dan sarannya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb


Medan, Desember 2013


Kelompok 8















DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................................i
Daftar Isi..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A.    Latar Belakang
B.     Rumusan Masalah
C.     Tujuan dan Manfaat
BAB II ISI........................................................................................................................2
A.    Pengertian Ilmu Bantu dalam Menafsirkan Al-Qur’an…………..………….....................................2
B.   Jenis Ilmu Bantu Tafsir……..……………………….............................................................................3
C.     Urgensi Ilmu Bantu Menafsir Al-Qur’an……….………………..........................................................7
BAB III PENUTUP........................................................................................................12
A.    Kesimpulan………………...……………………………………………………........................……12
B.     Daftar Pustaka.......................................................................................................................................13













BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Dalam tradisi pemikiran islam, manafsirkn Al-Qur’an sebagai upaya memahami pesan-pesan Tuhan sering dipahami sebagai tugas yang tak pernah mengenal kata berhenti ( Setiawan, 2005:1). Tugas tersebut senantiasa mesti dilakukan kapan pun dan dimana pun, selaras dengan perkembangan situasi dan kondisi sosial yang ada. Al-Qur’an harus selalu senantiasa ditafsirkan untuk menjadi landasan teologis bagi setiap pemecahan persoalan yang aktual yang muncul ke permukaan.
Tampaknya cara pandang inilah yang menjadikan Al-Qur’an telah melahirkan sederetan teks turunan yang demikian luas dan mengagumkan. Teks-teks turunan itu merupakan teks kedua – bila Al-Qur’an dipandang sebagi teks pertama – yang menjadi pengungkap dan penjelas makna-makna yang terkandung didalamnya. Teks kedua ini dikenal sebagai literatur tafsir Al-Qur’an yang ditulis oleh para ulama dengan kecenderungan dan karakteristik masing-masing, dalam berjilid-jilid kitab tafsir (Abdullah, 2003: 17).
Dibandingkan dengan kitab suci agama lain, tentu hal tersebut merupakan fenomena yang unik. Sebab, kitab-kitab tafsir sebagi kitab kedua itu, sebagaimana dapat dilihat dalam khazanah literatur islam, tidak sekedar jumlahnya yang banyak melainkan juga corak, metode dan pendekatan yang digunakannya sangat beragam (Abdullah, 2003:17-18).

B.     Rumusan masalah

1.      Apakah ilmu bantu menafsirkan Al-Qur’an?
2.      Apa jenis-jenis ilmu bantu dalam menafsirkan Al-Qu’ran?
3.      Apa urgensi dalam menafsirkan Al-Qur’an?

C.     Tujuan Makalah

1.      Untuk mengetahui ilmu bantu menafsirkan Al-Qur’an
2.      Untuk mengetahui jenis-jenis ilmu bantu dalam menafsirkan Al-Qu’ran
3.      Untuk mengetahui urgensi dalam menafsirkan Al-Qur’an
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Ilmu Bantu dalam Menafsirkan Al-Qur’an

Kita sudah mengetahui tentang pengertian tafsir pada materi sebelumnya yang sudah disampaikan oleh teman kita dalam presentasinya. Tapi kita akan mengulas kembali sedikit tentang pengertian tafsir. Bahwa tafsir dalam bahasa Arab arasal dari kata “al fasr” kemudian di ubah dalam bentuk taf’il yaitu menjadi “al-tafsir” yang berarti “ penjelasan dan keterangan”.
Pengertian Tafsir menurut bahasa : “Penjelasan, Keterangan dan Mengungkapkan pengertiannya yang dapat dipkirkan ”. Sedangakan Tafsir menurut istilah semacam ilmu membahas cara mengucapkan lafal Al-Qur’an dan kandungannya, hukumnya yang berkenaan dengan perorangan dan kemasyarakatan dan pengertiannya yang dilingkupi oleh susunan lafalnya dalam QS. AI-­Furqan (25): 33.
”Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya.

Adapun sumber penafsiran ditinjau dari sumber penafsirannya , metode tafsir Al-Qur’an ada tiga yaitu :
         Tafsir bil-ma’tsur ( bir-riwayah )
         Tafsir bir-ra’yi ( bid-dirayah )
         Tafsir bil Izdiwaji ( campuran )





B.     Jenis Ilmu Bantu Tafsir

Seseorang mufassir yang akan menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an harus memenuhi syarat-syarat. Para ulama menyebutkan beberapa syarat yang harus dimiliki oleh seseorang yang hendak menafsirkan Al-Qur’an, diantaranya :
Mempunyai akhidah yang lurus , bersih dari hawa nafsu, dan memiliki ilmu tafsir (ilmu-ilmu Al-Qur’an beserta pendukungnya).
Ilmu-ilmu Al-Qur’an misalnya : ilmu asbabun nuzul (sebab turunnya ayat), ilmu maki –madani (pengelompokkan jenis surat), ilmu nasikh-mansukh, ilmu muhkam mutasyabihat (ayat-ayat yang mengandunng hukum yang jelas dan hukum yang belum jelas).
Adapun ilmu-ilmu pendukung atau ilmu bantu diantaranya :
1.      Lughah Arabiyah
Dengan lughah arabiyah akan diketahui penjelasan kata-kata tunggal dan petunjuk-petunjuknya.
2.      Ilmu Nahwu
Ilmu ini mempunyai peranan yang penting. Orang yang hafal dan juga hafal wajah-wajah bacaan, akan tergenlincir kedalam ke hancuran apabila ia tidak mengetahui ilmu nahwu
3.      Ilmu Tashrif
Ilmu ini untuk mengetahui bangun dan bentuk kata . Ibnu Faris berkata : ''Barang siapa yang tidak memiliki ilmu tashrif, maka ia tidak memiliki ilmu yang agung”.
4.      Ilmu Isytiqaq
Ini untuk mengetahui asal dari pada kata . Sebab isim (kata benda ) apabila istiqoqnya dari dua asal yang berlainan.
5.      Ilmu Ma'ani
Yaitu imlu yang mengetahui ciri khas susunan kalam di dalam memberi faedah di dalam makna.
6.      Ilmu Bayan
Yaitu ilmu untuk mengetahui perbedaan susunan kalam dari segi dan samarnya dilalah akibat perbedaan tersebut.
7.      Ilmu Badi'
Yaitu ilmu yang untuk memeperindah kalam.


8.      Ilmu Qira'ah
Ilmu ini mengetahui bagaimana kita mengucapkan kalimat-kalimat Al-Qur'an dan agar dapat mentarjihkan satu wajah dari beberapa wajah yang mustamil.
9.      Ilmu Ushuludin
Apabila mememiliki ilmu ushuludin maka akan tahu dan sanggup menta'wilkan ayat-ayat yang lahirnya bertentangan dengan sifat – sifat kesempurnaan Allah dan sanggup beristidlal terhadap apa-apa yang muhal, yang wajib dan jaiz (wenang ) bagi Allah SWT.
10.  Ilmu Ushul Fiqih
Yaitu ilmu untuk mengetahui metode istidlal dan istinbath hukum.
11.  Ilmu Asbabun Nuzul dan Kisah- kisahnya
Dengan ilmu ini mufassir akan sanggup megetahui makna yang diturunkan melalui peristiwa yang diturunkan.
12.  Ilmu Nasikh Mansukh
Dengan ilmu ini maka akan tahu pendapat jumhur yang mengatakan adanya nasikh mansukh dalam Al-Qur’an dan akan mengatahui sebagian ulama' yang tidak setuju terhadap nasikh mansukh dan alasan-alasannya serta cara mentufiqkan ayat-ayat yang lahirnya tampak berlawanan .
13.  Ilmu Fiqih
Ilmu yang membahas hukum ajaran islam.
14.  Ilmu Hadist
Adalah hadist yang menafsirkan yang mujmal dan menentukan yang mubham .
15.  Ilmu Mauhibah
Suatu ilmu yang diwariskan Allah SWT kepada orang yang mengamalkan ilmunya.

Para ulama telah menyebutkan tentang macam-macam ilmu yang harus dipenuhi oleh seorang mufassir. Menurut As-Suyuthi sebagai berikut:
  1. Mengetahui bahasa Arab dan ketentuan-ketentuannya (ilmu nahwu, sharaf, etimologi). Hal ini sangat penting bagi seorang mufassir, sebab bagaimana mungkin memahami ayat, tanpa mengetahui perbedaan kata dan susunan kalimat.
  2. Mengetahui ilmu balaghoh (ma’any, bayan, badi’) sangat penting dan diperlukan bagi orang yang hendak menafsirkan Al-Qur’an karena ia harus menjaga atau memelihara bentuk kemu’jizatan.
  3. Mengetahui ushul fiqih (tentang khash, `am, mujmal, mufashal dan sebagainya), juga diperlukan oleh seorang mufassir dalam memahami Al-Qur’an supaya tidak keliru memahaminya, serta tidak terpeleset oleh kebodohan karena tidak tahu tentang ilmu-ilmu yang penting itu.
  4. Mengetahui asbabun nuzul.
  5. Mengetahui tentang nasikh dan mansukh.
  6. Mengetahui ilmu qiraat.
  7. ilmu mauhibah, yaitu ilmu yang diberi oleh langsung dari Allah. Ilmu yang diwariskan oleh Allah kepada seseorang yang mengamalkan sesuai dengan ilmunya, serta Allah membukakan hati orang tersebut untuk memahami rahasia-rahasianya.
Syarat-syarat dari ilmu yang telah disebutkan tadi adalah untuk mewujudkan tafsir yang paling tinggi martabatnya. Tafsir yang paling tinggi martabatnya hanya dapat dicapai dengan kita melengkapi urusan-urusannya, yaitu:
a.       Memahami hakekat lafal yang tunggal,
Yang terdapat di dalam Al-Qur’an dengan memperhatikan cara-cara ahli bahasa mempergunakan kalimat­-kalimat itu.Kebanyakan lafal-lafal Al-Qur’an dipakai di mana Al-Qur’an sedang diturunkan untuk beberapa makna. Kemudian sesudah itu berlalu beberapa masa maka lafal-lafal itu dipakai untuk makna-makna yang lain, umpamnya lafal ta’wil.
b.      Memperhatikan uslub-uslub Al-Qur’an.
Seorang mufassir harus mengetahui alat, yang dengan alat itu dia dapat memahami uslub-uslub bahasa Arab yang tinggi.Untuk itu perlu ilmu i’rab dan ilmu asalib (ma’ani dan bayan).
c.       Mengetahui keadaan-keadaan manusia.
Allah telah menurunkan Al-Qur’an dan menjadikannya sebagai kitab yang absah, di dalamnya diterangkan keadaan atau hal-hal yang tidak diterangkan dalam kitab lain. Di dalamnya diterangkan keadaan makhluk, tabiatnya, sunnah-­sunnah ketuhanan di dalam menciptakan manusia.
Dan di dalamnya juga diterangkan kisah umat-umat yang telah lalu.Karenanya, perlulah orang memperhatikan isi Al-Qur’an, memperhatikan pula keadaan perturnbuhan dan perkembangan manusia dari zaman ke zaman.

d.      Mengetahui jalan-jalan Al-Qur’an memberi petunjuk kepada manusia dengan Al-Qur’an.
Karenanya, wajiblah bagi seorang mufassir yang melaksanakan fardhu kifayah ini mengethui keadaan manusia di masa Nabi SAW, baik dari bangsa Arab maupun bangsa lain. Dan bahwasanya Nabi SAW dibangkit Allah untuk memberi petunjuk kepada manusia dan mendatangkan kebahagiaan kepada mereka.
e.       Mengetahui sirah ( riwayat hidup Nabi SAW dan sahabat), dan bagaimana keadaan sahabat, baik dalam bidang ilmu, dan bagaimana mereka menghadapi masalah-masalah keduniaan dan keakhiratan.

C.     Urgensi Ilmu Bantu Menafsir Al-Qur’an

Ilmu Al-Qur’an diperlukan, karena dengannya, seorang mufasir dapat menafsirkan Al-Quran dengan baik dan benar. Ilmu-ilmu ini, pada hakekatnya, menjadi alat untuk tafsir. Karena itu, ia juga disebut ilmu tafsir  atau ilmu-ilmu Al-Quran.
Selain itu, urgensi Ilmu Al-Qur’an kaitannya dengan tafsir, antara lain:
1. Membuka kemungkinan untuk memahami Al-Qur’an dengan baik.
2. Mampu menafsirkan Al-Qur’an secara baik dan mudah.
3. Menjadi senjata ampuh untuk melawan tantangan dari lawan Islam.