Rabu, 20 Mei 2015
adalah salah satu hari bersejarah dalam hidup saya. Karena pada hari itu saya
diberikan kesempatan besar untuk interview beasiswa di Bank Sentral Republik Indonesia yaitu Bank Indoneisa, pengujinya adalah
salah satu pegawai di Bank Indonesia itu. Walaupun beliau adalah seorang wanita
namun dia mempunyai kharisma yang luar biasa, tidak hanya cantik, beliau juga
sangat anggun pembawaanya.
Sebelumnya saya memang
sudah pernah menapaki kaki saya di gedung Bank Indonesia cabang Medan yang
bertempat di Jl.
Balai Kota No. 4, sehingga sudah tidak asing bagi saya melihat bangunan yang
luar biasa megah dan canggih itu. Yah maklum saja, namanya juga Bank Sentral
Republik Indonesia sehinggak tidak mengherankan lagi kalau mempunyai system
keamanan yang luar biasa ketat. Dari pertama masuk saja kita tidak hanya
disambut oleh seorang Satpam namun juga ada aparat keamanan lainnya, saya rasa
mereka adalah seorang anggota BRIMOB dan juga Tentara. Dan setelah kita sudah
melewati mereka maka kita harus melewati alarm yang dapat mendeteksi logam pada
saat memasuki Bank Indonesia itu.
Setelah
itu saya menuju ke lantai 8, tepatnya di ruang rapat. Kenapa saya langsung
menuju lantai itu? Karena sehari sebelum menjelang interview saya sudah
diberikan instruksi oleh pihak kampus untuk menuju lantai 8. Saya adalah
mahasiswi dari Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan (UIN-SU Medan)
yang dulunya bernama IAIN-SU Medan. Karena pada saat itu masih sekitar pukul
07:30 WIB, maka kami di arahkan oleh 2 orang pegawai wanita disana. Setelah itu
kami di arahkan untuk membagi kelompok interview, yang satu kelompoknya
berjumlah 10 orang, lalu mereka berpamitan untuk melaksanakan APEL pagi. APEL?
APEL itu buah kali ya? Ya tentu saja bukan, mereka melaksanakan APEL (upacara
pagi) sebelum memulai bekerja.
Pada
saat pembagian kelompok, saya sarankan semakin cepat giliran kelompok Anda maka
semakin bagus dan semakin besar peluangnya untuk Anda. Kenapa? Karena saya
sudah pernah mengalaminya sendiri. Saya sendiri mendapatkan giliran di kelompok
ketiga, cepat bukan? Atau kurang cepat? Semakin lama atau semakin belakang
giliran kelompok Anda, maka semakin ketat system pengujiannya. Pengujian
dilakukan di dua tempat, yang pertama dilakukan di lantai 2, dan juga lantai 5.
Kebetulan pada saat itu saya mendapatkan kesempat untuk interview di lantai 5.
Untuk setiap lantai ada 3 orang penguji.
Pertama
sekali dilakukan interview, sistem pengujian untuk lantai 5 dan 2 berbeda.
Dimana letak perbedaannya? Pada saat saya interview di lantai 5, untuk 10 orang
itu kami dibagi lagi dalam beberapa kelompok. Setiap penguji langsung menguji
kami yang bersepuluh itu. Ada yang satu orang penguji menguji 2 orang, ada yang
3 orang, dan ada juga yang langsung 5 orang. Saya berada di bagian yang 3 orang
itu. Seperti yang saya katakana di awal tadi, penguji saya adalah seorang wanita
yang mempunyai kharisma
luar biasa, tidak hanya cantik, beliau juga sangat anggun pembawaanya, tapi
saya lupa siapa nama ibu itu.
Sedangkan di lantai 2,
menurut wawancara saya dengan salah satu teman saya juga katanya sistem saat
interview itu mereka yang bersepuluh itu dibagi lagi menjadi 5 orang tiap
interview jadi ada 2 sesi interview untuk satu kelompok. Dan ketiga penguji itu
langsung menginterview kelima peserta secara bergantian. Bayangkan, lebih enak
lantai berapa coba? Saya rasa lebih enak di lantai 5, karena selain lebih
efisien dalam hal waktu dan juga kadar deg-degannya itu lebih rendah. Namun
seiring berjalannya waktu, lama kelamaan pun sistem lantai 5 mengikuti jejak
lantai 2 dengan membagi ke dalam 2 sesi untuk setiap kelompok.
Sebelum kami melakukan
sesi tanya jawab itu kami disuruh untuk memilih salah satu gambar pohon dari 9
gambar yang disodorkan. Ini adalah salah satu cara untuk mengetes psikologi
seseorang. Ingat, kita hanya disuruh memilih tidak untuk menjelaskan alasan
kenapa kita memilih gambar tersebut. Tahap selanjutnya adalah tahap yang
ditunggu-tunggu dan juga tahap yang sangat mendebarkan jantung, yaitu tahap
tanya jawab! Di tahap ini kami diajukan beberapa pertanyaan yang saya ingat
adalah
- Apa keunggulan kamu yang bisa membuat kamu berguna bagi masyarakat?
- Apa saja prestasi non akademik yang telah kamu capai?
- Mengapa kamu yakin mendapat beasiswa dari BI?
- Rencana setelah lulus sarjana?
- Dan apa kelebihan dan kekurangan yang ada dalam diri kamu?
Setelah itu kami menjawabnya secara bergilir. Setelah
sesi tanya jawab itu, penguji kami yang seorang wanita itu memberikan sedikit
pengalamannya selama beliau berkuliah dulu. Beliau berkata walaupun saya suka
membaca buku saya bukanlah seseorang yang kutu buku. Saya setuju dengan pendapat
beliau karena banyak orang sering beranggapan bawa orang yang suka membaca buku
adalah seorang kutu buku (cupu). Ya, beliau adalah salah satu mahasiswi
berprestasi di kampusnya dulu, jadi tidak heran jika beliau menjadi ketua di
salah satu organisasi yang diikutinya.
Kalimat lain yang saya
ingat dari ibu penguji saya adalah
“Walaupun kamu mempunyai IP (Indeks Prestasi) yang tinggi namun tidak mempunyai
skill itu tidak ada guna, karena orang-orang yang dicari dalam kehidupan bermasyarakat
nanti adalah orang-orang yang mempunyai skill yang unik dan mempunyai visi,
misi, dan juga inovasi untuk membangun masyarakat itu sendiri”. Itu adalah
sebuah kalimat yang sangat membangun dan harus diamalkan.
Lalu, setelah interview kita diperbolehkan pulang tapi
karena saya selesainya dekat dengan jam istirahat maka saya ISOMA (Istirahat,
Sholat dan Makan) dulu disana. Tidak tanggung-tanggung, pada saat jam istirahat
kami disuguhkan dengan sebuah nasi kotak untuk tiap-tiap orang. Mereka memang
benar-benar melayani tamu dengan baik.
Ini adalah pengalaman interview saya untuk pertama
kalinya, dan ini sangat berkesan karena saya interview di Bank Indonesia.
Semoga saya tidak hanya interview beasiswa saja disana, tetapi juga dapat
interview di Bank Indonesia untuk bekerja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar