Rabu, 25 Desember 2013

Arti Kata Seorang Ibu



Arti Kata Seorang Ibu
Oleh: Hanifah Waffa (Mahasiswi EPS-B IAIN-SU Medan)

Di dalam Al-Qur’an, Allah Swt. berfirman, “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku-lah kembalimu.” (QS. Luqman: 14). Ayat ini memberikan sinyal bahwa betapa luar biasanya perjuangan seorang ibu selama mengandung anaknya.
Layak menjadi pertanyaan, apa arti perjuangan? Kenapa seorang ibu berjuang demi anaknya? Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan bahwa perjuangan yang awal mulanya berasal dari kata “juang” “berjuang” yang bermakna memperebutkan sesuatu dengan mengadu tenaga, berperang. Sedangkan definisi dari kata perjuangan yaitu usaha yang penuh dengan kesukaran dan bahaya.
Dalam ayat itu juga dijelaskan bahwa seorang ibu mengalami masa-masa yang menyulitkan baginya. Yang pertama adalah masa kehamilan.Yang kedua adalah masa melahirkan, yaitu masa yang paling sulit karena beliau telah bersusah payah dan hampir menghilangkan nyawanya. Dan yang ketiga adalah masa menyapih (menyusi) anaknya.
Wajar saja jika seorang ibu rela berjuang demi anaknya, karena sudah kodrati seorang ibu ingin memperjuangkan hal yang lebih dan ingin selalu memberikan yang terbaik untuk anaknya. Walaupun terkadang ada seorang ibu yang dengan anaknya tanpa ada ikatan darah sekalipun ataupun bukan ibu kandung. Tetapi tetap saja ia mempunyai naluri sebagi seorang ibu seperti ibu kandung yang rela berkorban demi anaknya. Maka sangatlah pantas, jika Surga itu di bawah telapak kaki ibu.
Lantas apakah benar jika Surga itu di bawah telapak kaki ibu? Kenapa bukan di telapak kaki ayah? Tidak, itu hanyalah sebuah kiasan saja. Bukan berarti Surga itu benar-benar berada di bawah telapak kaki ibu kita. Kalimat tersebut berarti seorang anak harus menghormati dan mematuhi ibunya 3x lebih banyak ketimbang ayahnya. Karena beliau sudah mengandung dan merawat anaknya dengan penuh cinta dan kasih sayang.
Di dalam Al-Qur’an, Allah Swt. berfirman, Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai, berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri."
Ayat di atas menjelaskan tentang hak seorang ibu terhadap anaknya. Enam bulan (pada umumnya adalah Sembilan bulan sepuluh hari) waktu seorang ibu mengandung hingga ia melahirkan anaknya. Selama itu beliau yang dengan perut buncitnya terus berusaha untuk menjaga kandungannya agar tetap sehat. Sehat bayinya dan juga sehat ibunya. Setelah itu, ibu juga  menyapih anaknya selama dua tahun (yang dijelaskan pada awal tulisan).
Tiga puluh bulanlah total dari semuanya. Ditambah lagi waktu beliau merawat kita setelah dewasa. Sudah tak terhingga lagi waktu yang diberikannya untuk menjaga anaknya. Dan jasanya itu takkan pernah bisa terbayar ataupun tergantikan oleh apapun. Walaupun kita memberikan gunung sekalipun kepada ibu kita.
Karena itu sudah sepatutnyalah pada tanggal 22 Desember ditetapkan sebagai peringatan Hari Ibu di Indonesia. Di Indonesia? Kenapa hanya di Indonesia? Dan kenapa harus diperingati? Benar, hanya di Indonesia saja yang diperingati pada 22 Desember. Karena di setiap Negara berbeda-beda tanggal untuk memperingati Hari Ibu tersebut. Dan juga Hari Ibu ini diperingati untuk mengingat jasa-jasa seorang ibu yang tak pernah kenal lelah terhadap anaknya.
Di Amerika dan lebih dari 75 negara lain merayakan Hari Ibu (Mother’s Day) pada hari Minggu dipekan kedua bulan Mei. Sedangkan beberapa negara Eropa dan negara Timur Tengah, Hari Perempuan Internasional (International Women’s Day) diperingati setiap tanggal 8 Maret. Dan juga masih banyak lagi negara lain yang memperingatinya pada hari  dan tanggal lain. (Wikipedia)
Walau bagaimanapun cara kita untuk merayakan Hari Ibu tersebut bukanlah hal yang paling penting dan yang paling utama. Yang paling utama adalah bagaimana cara kita untuk menghargai ibu kita masing-masing. Sayangilah ibumu sebagaimana beliau menyayangimu dengan penuh kasih sayang.
Karena kasih seorang ibu kepada anaknya tak terhingga sepanjang masa walau apapun yang terjadi. Tapi kenapa bisa kasih anak tak sepanjang masa? Hal besar apa yang telah kita perbuat kepada ibu kita? Itulah yang patut menjadi pertanyaan pada diri kita sendiri, hanya kita sendiri yang tahu apa jawabannya.
Betapa banyaknya kebaikan seorang ibu, sampai tak bisa lagi terhitung oleh kalkulator ataupun mesin hitung lainnya. Maka dari itu, berbaktilah kepada ibumu. Namun jangan hanya ibumu saja, berbakti jugalah kepada orang yang sudah membesarkanmu dengan susah payahnya.
Apalagi, Allah Swt. sudah mengingatkan kepada seorang anak agar selalu berbuat baik kepada ibu dan bapak dengan sebaik-baiknya, dan juga jangan sekali-kali berbuat kasar pada keduanya (QS. Al-Israa’: 23). Ini artinya, Allah Swt. melarang bagi seorang anak untuk durhaka kepada kedua orang tuanya. Jangan, jangan sampai kita jadi anak yang durhaka dan tak tahu terimakasih. Dan jangan sampai kita menjadi seperti si Malin Kundang. Anak yang durhaka kepada ibunya, yang dikutuk menjadi batu. Apa kita harus dikutuk dulu baru bertaubat? Tidak, jangan sampai hal itu terjadi kepada kita semua.
Do’akanlah ibumu dan orang-orang yang telah merawatmu dalam sholatmu. Sudah selayaknyalah seorang anak melakukan hal-hal terbaik untuk orang yang telah membesarkannya. Tanpa mereka kita tidak akan bisa menjadi seperti apa kita sekarang.

2 komentar: